1. Sejarah Singkat Pura Kuhur Besikalung
Pura
Luhur Besikalung berlokasi di daerah pegunungan di lereng gunung bagian selatan
Gunung Batukaru.Secara teritorial wilayah ini termasuk wilayah Jatiluwih. Tapi
yang menjadi pengempon pura berada diwilayah Desa Adat Utu, Desa Babahan,
Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Lokasi pura jika ditempuhdari Denpasar
mencapai kurang lebih 50km menuju Gunung Batukaru sisi selatan. Meskipun tak
banyaksumber yang dapat dijadikan sebagai sebuah pegangan mengenai sejarah berdirinya
Pura ini, tapi adabeberapa informasi yang dapat digunakan sebagai alternatif
tentang asal usul Pura.
Sumber pertama:Prasasti Babahan I yang bertahun caka
839 (917 M) yang tersimpan di Pura Puseh Jambelangu Desa AdatBolangan
mencantumkan kalimat yang berbunyi ‘….. Cala Silunglung Kaklungan
Pangulumbigyan….’. Dimana kata ini dapat diartikan,Bale suci (Cala Silunglung),
kaklungan dan upacara pembersihan (Pangulumbigyan).
Dari kalimat itu sangat dimungkinkan bahwa nama Besi
Kalung berasal dari kata ‘CalaSilunglun’ yang berubah penyebutannya menjadi
‘Sikalung’ kemudian kembali mengalami perubahan‘Besikalung’. Sedangkan sumber
kedua berasal dari adanya peninggalan Lingga yang ada pada palinggihpokok
(agung).
Dan menurut Jero Pemangku Ageng bila lingga itu
dipukul maka akan mengeluarkan suaranyaring seperti besi. Bentuk lingga itu
bulat panjang dan pada bagian atasnya dihiasai dengan lingkaranseperti
kalung,yang melingkarinya. Kemudian dari lingga yang seperti berkalung
tersebutlah akhirnya Puraini disebut dengan Pura Luhur Besikalung. Kenapa nama
Pura ini didepannya berisi kata luhur karenaletaknya yang ada di atas
perbukitan.
“Kata Besikalung juga dihubungkan dengan kata
Pagerwesi yang berarti berpagar besi melingkar,” ujar JeroMangku
Ageng Luhur Besikalung. Hari Raya Pagerwesi, jatuh setiap Budha Kliwon
Sintabertepatan dengan Piodalan di Pura ini. Budha kliwon Pagerwesi menurut
lontar Sunari gama sebagaipemujaan/ payogan Sang Hyang Pramesti Guru salah satu
astek kemahakuasaan Ciwa sebagai Guru yangAgung yang dihormati oleh para Dewa
dan semua makhluk hidup. Sedangkan Ida Bhatara malingga diPalinggih Pokok
(Agung) menurut lontar Druwen Pura hal 185-186 disebutkan ‘Sang Hyang Ciwa
sakti’dengan segala astek kemahakuasaan-Nya. Berdasarkan sumber yang disebutkan
tadi dan sesuai denganpeninggalan bersejarah berupa benda kepurbakalaan dapat
diperkirakan bahwa Pura Luhur besikalung telahberdiri sejak abad IX-XII M.
Dapat dilihat pula dari struktur bangunan palinggih
yang berupa bebaturan yang dalam kepurbakalaandisebut tat batu berundak-undak.
Yang menandakan bahwa pura ini merupakan peninggalan jaman megalitikum (jman
batu besar). Karakteristik pemujaan pada jaman ini merupakan perpaduan pemujaan
rohsuci leluhur atau mereka yang dihormati dengan konsepsi-konsepsi ke-Tuhan-an
Hindu yang datangnya dariIndia melalui Jawa. Jaman ini juga disebut juga dengan
jaman Apaniaga yaitu peralihan dari jaman Bali Agamenuju jaman
pengaruh-pengaruh kebudayaan Jawa dengan tatanan upacara Hindu Klasik.
BerdasarkanPrasasti Babahan I yang ditemukan di Pura Puseh Jambelangu
mengisahkan perjalanan Raja Sri Ugracena keBali Utara dan sempat singgah pada
pertapaan (pesraman) Rsi Pita Maha di Petung Bang Hyang Sidhi, beliaujuga
disebut dengan Bhiku Dharmeswara. Raja Sri Ugracena memberikan titah dan
kewenangan pada RsiPita Maha untuk menyelesaikan upacara keagamaan bagi mereka
yang meninggal salah pati, angulah pati.
Hal inilah yang merupakan keistimewaan dan
kekhususan Prasasti Babahan I yang dapat dikatakan sebagai satu-satunya Prasasti
Bali yang memuat upacara Salah pati, Angulah Pati. Bang Hyang Sidhi yang
disebut didalam prasasti Babahan I kini disebut Bangkyang Sidem terletak persis
di sebelah timur Pura Luhur Besi kalung hanya dipisah kan oleh sungai (Yeh Ho).
Di Pura subak Bangkyang Sidem sebagai situs kepurbakalaan terdapat 2 unit pura
yang kecil diperkirakan sebagai tempat tinggal Sang Rsi dan yang satunya lagi
terletak di bagian selatan agak di bawah diperkirakan sebagai tempat pemujaan
harian beliau. Jika hipotesa ini benar maka ada kemungkinan Pura Luhur Besi
kalung didirikan oleh Rsi Pita Maha pada masa pemerintahan Raja Ugracena yang
bertahta atau memerintah pada caka 837 -864 atau sekitar 915-942 M. Mengingat
prasasti Babahan I bertahun Caka 839 (917 M).
Selain itu menurut cerita, pura ini di kemit oleh
seekor naga, hal ini disebabkan kerap kali terdengar suara naga menjelang
tengah malam,tutur salah satu dari mangku di sana. Persepsi lain nama besi
kalung kemungkinan berasal dari sekala (nyata) karena keberadaan pelinggih-pelinggihnya
merupakan kesatuan aktualisasi kehidupan yang ditandai dengan Campuhan Tiga,
Pecalang Agung, Pasar Agung, Pedukuhan, TamanSari, Ratu Nyoman Pengadangan,
Dalem Khayangan, Shangyang Meling, Dalem Gumi, Muncak Sari, Beji Kauh, Batur,
Puseh, Khayangan/Angluhan, Ratu Sedahan, Rambut Sedana/Manik Galih, Lumbung,
Bale Sekulung, Pura Bambang, Taksu Agung, Manik Sekalan, penghayatan Wisnu,
Brahma, Ratu Nyoman Tangkeb Langit, Penghayatan Surya, Merta Sari, Naga Loka,
Gunung Agung, Bukit Puhun, Balai Pelapah Pemayasan dan Balai Munar Manik.
Berdasarkan Prasasti Babahan1 di dalam perjalanan
Raja Cri Ugrasena Ke Bali utara, memberikan Anugrah atau wewenang kepada
seorang Pandita yang bergelar Pita Maha berpesraman di Bhang Hyang Sidhi
berlokasi di sebelah Pura Besi Kalung untuk mengatur tata cara penyelenggaranan
keagamaan. Mengingat lokasinya yang berdampingan antara kedua tempat tersebut,
maka ada dua kemungkinan Pura Luhur Besi Kalung telah ada sejak tahun caka 839
atau 917 masehi dan dibangun oleh seorang Rsi. Ditinjau dar istatus dan fungsi
Pura Dhang Khayangan sebagai Catur Lawa dan pesanakan Pura Batukaru, selain
Petali, Tambawaras dan Muncaksari. Mengingat status dan fungsi serta rangkaian
upacara yang diselenggarakan, maka Pura Luhur Besi Kalung dipuja Betara Ciwa
dalam Sebagaimana layaknya pura yang lain di Bali, Pura Besi Kalung dikenal
angker. Barang siapa berani naik ke Pelinggih Agung atau memasuki pura dengan
niat tidak baik maka celaka dan akan berdampak pada lingkungan dimana yang
bersangkutan tinggaL, seperti terjadi gerubug.
Akan tetapi bila dilihat dari kesuwecanan Ida Betara
yang melinggih di pura ini, banyak yang telah terwujud keinginannya.Banyak para
politisi dan pejabat melakukan semedi untuk mendapatkan paica sertaagara
keinginanya tercapai. Banyak pula masyarakat yang belum meiliki keturuann,
memohon anak di pura ini, dan terbukti banyak yang permohonannya dikabulkan.
Selain Pura Besi Kalung sebagai tujuan utama untuk melakukan persembahyangan
dari umat Hindu kini lokasi Pura tersebut sebagai obyek pariwisata mengingat
tempatnya yang sangat strategis yang dikelilingioleh pesawahan yang menghampar
hijau serta tampak gunung-gunung yang berjajar serta iklim yang sejuk
memberikankesegaran jasmani dan rohani.
Manifestasinya sebagai Dhang Hyang Guru. Adapun
rangkaian upacara dilaksanakan pada SaniscaraUmanis Waturenggong (Saraswati Puja),
Redite Paing Sinta (Banyu Pinaruh), Soma Rebek (Soma Pon Sinta), AnggaraWage
Sinta (Sabuh Mas) serta piodalan Ida Bhatara pada Pagerwesi (Buda KliwonSinta).
Esksistensi Pura Luhur Besi Kalung sebagai jajar Kemiri dan Catur Loka Pura Sad
Khayangan Luhur Batukaru Pura Luhur Batukaru dalam status Sad Khayangan Jagat
sebagai Linggacala Ida SangHyang Mahadewa disebut dengan Mahadewa lazimnya
dalam kehidupan masyarakat pengempon disebut Batukaru. Batukaru merupakan
kekuatan penangkeb yang bermakna raja para Dewa-Dewa sehingga manifestasi Ida
Sang Hyang Widhi yang dipuja di Pura Batukaru oleh masyarakaat setempat disebut
dengan istilah Ida Betara Panembahan Penataran Jagat Bali. Dan puncak gunung
Batukaru disebutkan dengan istilah Pucak Kedaton.Pucak artinya kedudukan
tertinggi, sedang Kedaton atau kedatuan artinya keratuan Raja di Raja.
Jadi Kedaton berarti keraton yang artinya komando
tata pemerintahan niskala. Gunung Batukaru dengan puncaknya kedaton merupakan
manifestasi Ida SangHyang Widhi sebagai badan eksekutif,yaitu pelindung
kehidupan sarwa pranidengan menganugrahkan pengurip bumi dengan perangkat badan
pembantunya disebut sebagai Jajar Kemiri. Jajar artinya jaringan Kemiri adalah
tingkih (kemiri), jadi Jajar Kemiri adalah jaringan yangmembangun kekuatan
kemiri dimaksud ,sehingga kuat dan tidak mudah lapuk. Pura-pura yang merupakan
jajar kemiri dariPura Batukaru di sebelah kanan adalah; Pura Muncak Sari dan Pura
Tambaa Waras dan di sebelah kirinya yaitu Pura Petalidan Pura Besi Kalung.
Dengan demikian Pura Dhang Khayang Jagat Bali dikuatkandengan adanya Pura Jajar
Kemiri yang mempunyai fungsi sebagai kekuatan Jagat Bali.
Pura Muncaksari merupakan pembekalan induk berupa
sandang, pangan dan papan yang cukup tersedia dan tak pernah habisnya serta
mampu memenuhi sepanjang kehidupan zaman dalam Catur loka Pala Batukaru sebagai
Sang Hyang Sangkara. Pura Tambawaras adalah kekuatan pemberi anugrah di bidang
kesehatan lahir batin serta kelestarian alam semesta, yang merupakan
manifestasi Catur loka Pala Batukaru sebagai Dewa Aswina. Pura Petali merupakan
kekuatan peradilan atau penasehat yang mampu mengendalikan kehidupan Buana
Agung dan Buana Alit. Keadilan dan nasehat adalah tali pengendalipersatuan dan
kesatuan kehidupan, dalam Catur Loka Pala Batukaru sebagai Hyang Yamadipati
Pura Besikalung adalah kekuatan pemberi anugrah kebesaran dan keteguhan Bhuana
Alit dan Bhuana Agung, manifestasi Catur Loka Pala Batukaru sebagai Sri Sedana.
Pura Luhur Batukaru dalam proses penciptaan samkhya
yoga berkedudukan sebagai purusha didampingi oleh Danau Tamblingan yang
berkedudukan sebagai predana ,sehingga Gunung Batukaru dengan Danau Tamblingan
adalah wujud Ardanareswari pencipta Kehuripan Jagat (pengurip bumi/kehidupan di
bumi). Pertemuan purusha dan predana melahirkan berbagai kehidupan sarwa pran,
pura pesanakanyang berstatus Ulun Siwi terbesar pemujaan Manik Amerta adalah
Pura Batulumbung. Kekuatan berupa udara adalah Batukaru, Air adalah Pura
Tamblingan Panas (api) adalah Pura Bukit Puhun. Ini merupakan tiga kekuatan
sumber penciptaan sarwaprani yang memenuhi jagat raya.kekuatan Pura Bukit Puhun
sebagai kekuatan panas telah dibuktikan pada saat Ida Bhatara kabeh mesucian di
segara Tanah Lot. Ida Bhatara Bukit Puun bertugas menyurutkan air lautsurut
sehingga semua pralingga dapat masuk ke Pura Luhur Tanah Lot. Yang menjadi
pertanyaan dan teka-teki masayarakat sampai sekarang adalah keberadaan pasangan
lingga di pelinggih agung yakni berupa yoni
2. Fungsi dan Status pura luhur besikalung
Pura atau khayangan sebagai
tempat suci pemujaan yang ada di Bali secara garis besarnya dapat dapat di
kelompokan berdasarkan cirri-ciri atau ke khasan dari pura tersebut serta
pernyiwi Bhakti (Penyungsung) yang memuja serta memelihara Pura tersebut.
Berdasarkan Kekhasan serta
penyiwi Bhakti (penyungsung dari suatu pura maka fungsi dan status pura dapat
dikelompokan menjadi 4 (empat) kelompok sebagai berikut :
1.
Pura/kahyangan
yang bersifat geneologis (kula warga) yang dibangun berdasarkan keturunan atau
pertalian darah, soroh atau klan. Seperti : merajan, panti, dadia, pedharman
dan sebagainya.
2.
Pura/kahyangan
yang berdasarkan territorial/ desa pekraman dibangun karena ikatan territorial
atau tempat tinggal (domisili) seperti Pura Desa, Pura Puseh, Pura Dalem dan
sebagainya.
3.
Pura
yang bersifat sosial ekonomis dan berkarakter fungsional dimana penyungsungnya
mempunyai mata pencaharian (profesi) yang sama.
contoh : Pura subak, Bedugul, Ulun Empelan,
Ulun Carik, Ulun Ciwi untuk masyarakat agraris petani. Pura melanting untuk
masyarakat pedagang/pasar. Pura Segara untuk masyarakat nelayan dan sebagainya.
4.
Pura/kahyangan
jagat yang bersifat umum dan memiliki fungsi sangat komplek (menyeluruh) untuk
seluruh asfek kehidupan. Pura/kahyangan jagat dipuja oleh seluruh umat Hindu.
Tanpa membedakan asal-usul keturunan/soroh, profesi mata pencaharian, maupun
tempat tinggal/Desa Pekraman dan Sebagainya.
Kahyangan jagat dibagi menjadi 2 kelompok yang disebut
Sad Kahyangan dan Dang Kahyangan.
Pura Sad Kahyangan di Bali berjumlah 9 buah didasarkan
pada konsep Padma Bhuana atau Padma Astadala, yang masing-masing arah mata
angin dikuasai oleh masing-masing arah mata angin dikuasai oleh masing-masing
dewatanya, yang juga dikenal dengan sebutan “DEWA ASTADIKPALAKA” di tambah
dengan Dewa yang menempati bagian tengah sebagai centrunya.
Pura-pura tersebut adalah :
ü Pura Luhur Lempuyang di Timur untuk Iswara
ü Pura Gua Lawah di Tenggara Untuk Maheswara
ü Pura Andakasa di Selatan Untuk Brahma
ü Pura Uluwatu di Barat Daya untuk Rudra
ü Pura Luhur Batukaru di Barat untuk Mahadewa
ü Pura Pucak Mangu di Barat Laut untuk sangkara
ü Pura Batur Penulisan arah Utara untuk Wisnu
ü Pura Pucak Besakih (Gunung Agung) arah Timur
Laut untuk sambu
ü Pura Penataran Agung Besakih di Tengah untuk
Ciwa
Berdasarkan konsepsi tersebut di atas dan memperhatikan
penyungsung Pura Luhur Besikalung yang terdiri dari berbagai kelompok
masyarakat dengan profesi yang berbeda-beda dan tidak hanya disungsung oleh
suatu wilayah tertentu saja, maka dapat dinyatakan bahwa Pura Luhur Besikalung
berstatus sebagai “Kahyangan Jagat” dan merupakan Jajar kemiri atau Catur
Loka Pala dari Pura Sad
kahyangan Watukaru.
Pura Luhur
Besikalung setingkat dengan Pura Luhur Petali, Pura Luhur Tamba Waras, Pura
Luhur Puncak Sari, yang merupakan Jajar Kemiri Luhur Batukaru yang disebut
jajar kemiri. Jajar = jajar urat/serat. Kemiri – kemiri, tingkih (bahasa bali),
jajar kemiri adalah jaringan yang membangun kekuatan kemiri dimaksud sehingga
kuat dan tidak mudah lapuk.
Pura jajar Kemiri Pura luhur Batukaru adalah :
1.
Disebelah
Kanan Pura Batukaru terdiri dari :
A.
Pura
Muncak Sari
B.
Pura
Tamba Waras
2.
Disebalah
Kiri Pura Batukaru terdiri dari :
A.
Pura
Petali
B.
Pura
Besikalung
3.
Struktur
Pura Dan Susunan Pelinggih-Pelinggih Pura Luhur Besikalung
Struktur Pura Besukalung mempergunakan
struktur Catur Loka Pala atau nyatur Desa mengikuti komposisi keempat arah mata
angin yang juga terkenal dengan struktur DIKPALAKA. Tata ruang Palemahan
(Mandala) Pura dibagi menjadi 3 mandala atau pelataran yaitu :
1.
Halaman
Jeroan sebagai Utama Mandala
2.
Halaman
Jaba tengah Madhyama mandala
3.
Halaman
jaba, tandeg / jaba luar kenista mandala
Secara keseluruhan Pura Luhur Besikalung terdiri dari
beberapa unit Pura yaitu :
1.
Pura
Besikalung sebagai pelinggih Agengnya sebagai pusat.
2.
Pura
Pengubengan (penyawangan ) berada di sebelah utara
3.
Pura
Batur disebelah Utara
4.
Pura
Puseh Kahyangan di bagian Utara
5. Pura Bang-Bang dan Baturan Tibu Aus di timur laut
6. Pura Pasiraman Pingit saren Kangin disebelah timur
9.
Pura
pucak Sari di sebelah barat
13. Pura Uluning Taman Sari disebelah selatan
16. Pura Ratu Gede atau Pengelurah disebelah
selatan
Seluruh unit-unit pura tersebut tersebar
disekitar pura induk dalam radius yang tidak terlalu jauh.
SAAT OBSERVASI DI PURA LUHUR BESI KALUNG
ü Bangunan-Bangunan
Yang juga Ada di Pura Luhur Besi Kalung
Bale
Pemayasan
Existensi Kelompok