Rabu, 05 Maret 2014

Pura Luhur Besikalung


1.      Sejarah Singkat Pura Kuhur Besikalung



Pura Luhur Besikalung berlokasi di daerah pegunungan di lereng gunung bagian selatan Gunung Batukaru.Secara teritorial wilayah ini termasuk wilayah Jatiluwih. Tapi yang menjadi pengempon pura berada diwilayah Desa Adat Utu, Desa Babahan, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Lokasi pura jika ditempuhdari Denpasar mencapai kurang lebih 50km menuju Gunung Batukaru sisi selatan. Meskipun tak banyaksumber yang dapat dijadikan sebagai sebuah pegangan mengenai sejarah berdirinya Pura ini, tapi adabeberapa informasi yang dapat digunakan sebagai alternatif tentang asal usul Pura.
                 Sumber pertama:Prasasti Babahan I yang bertahun caka 839 (917 M) yang tersimpan di Pura Puseh Jambelangu Desa AdatBolangan mencantumkan kalimat yang berbunyi ‘….. Cala Silunglung Kaklungan Pangulumbigyan….’. Dimana kata ini dapat diartikan,Bale suci (Cala Silunglung), kaklungan dan upacara pembersihan (Pangulumbigyan).
                 Dari kalimat itu sangat dimungkinkan bahwa nama Besi Kalung berasal dari kata ‘CalaSilunglun’ yang berubah penyebutannya menjadi ‘Sikalung’ kemudian kembali mengalami perubahan‘Besikalung’. Sedangkan sumber kedua berasal dari adanya peninggalan Lingga yang ada pada palinggihpokok (agung).
                 Dan menurut Jero Pemangku Ageng bila lingga itu dipukul maka akan mengeluarkan suaranyaring seperti besi. Bentuk lingga itu bulat panjang dan pada bagian atasnya dihiasai dengan lingkaranseperti kalung,yang melingkarinya. Kemudian dari lingga yang seperti berkalung tersebutlah akhirnya Puraini disebut dengan Pura Luhur Besikalung. Kenapa nama Pura ini didepannya berisi kata luhur karenaletaknya yang ada di atas perbukitan.
                 “Kata Besikalung juga dihubungkan dengan kata Pagerwesi yang berarti berpagar besi melingkar,”  ujar  JeroMangku Ageng Luhur Besikalung. Hari Raya Pagerwesi, jatuh setiap Budha Kliwon Sintabertepatan dengan Piodalan di Pura ini. Budha kliwon Pagerwesi menurut lontar Sunari gama sebagaipemujaan/ payogan Sang Hyang Pramesti Guru salah satu astek kemahakuasaan Ciwa sebagai Guru yangAgung yang dihormati oleh para Dewa dan semua makhluk hidup. Sedangkan Ida Bhatara malingga diPalinggih Pokok (Agung) menurut lontar Druwen Pura hal 185-186 disebutkan ‘Sang Hyang Ciwa sakti’dengan segala astek kemahakuasaan-Nya. Berdasarkan sumber yang disebutkan tadi dan sesuai denganpeninggalan bersejarah berupa benda kepurbakalaan dapat diperkirakan bahwa Pura Luhur besikalung telahberdiri sejak abad IX-XII M.
                 Dapat dilihat pula dari struktur bangunan palinggih yang berupa bebaturan yang dalam kepurbakalaandisebut tat batu berundak-undak. Yang menandakan bahwa pura ini merupakan peninggalan jaman megalitikum (jman batu besar). Karakteristik pemujaan pada jaman ini merupakan perpaduan pemujaan rohsuci leluhur atau mereka yang dihormati dengan konsepsi-konsepsi ke-Tuhan-an Hindu yang datangnya dariIndia melalui Jawa. Jaman ini juga disebut juga dengan jaman Apaniaga yaitu peralihan dari jaman Bali Agamenuju jaman pengaruh-pengaruh kebudayaan Jawa dengan tatanan upacara Hindu Klasik. BerdasarkanPrasasti Babahan I yang ditemukan di Pura Puseh Jambelangu mengisahkan perjalanan Raja Sri Ugracena keBali Utara dan sempat singgah pada pertapaan (pesraman) Rsi Pita Maha di Petung Bang Hyang Sidhi, beliaujuga disebut dengan Bhiku Dharmeswara. Raja Sri Ugracena memberikan titah dan kewenangan pada RsiPita Maha untuk menyelesaikan upacara keagamaan bagi mereka yang meninggal salah pati, angulah pati.
                 Hal inilah yang merupakan keistimewaan dan kekhususan Prasasti Babahan I yang dapat dikatakan sebagai satu-satunya Prasasti Bali yang memuat upacara Salah pati, Angulah Pati. Bang Hyang Sidhi yang disebut didalam prasasti Babahan I kini disebut Bangkyang Sidem terletak persis di sebelah timur Pura Luhur Besi kalung hanya dipisah kan oleh sungai (Yeh Ho). Di Pura subak Bangkyang Sidem sebagai situs kepurbakalaan terdapat 2 unit pura yang kecil diperkirakan sebagai tempat tinggal Sang Rsi dan yang satunya lagi terletak di bagian selatan agak di bawah diperkirakan sebagai tempat pemujaan harian beliau. Jika hipotesa ini benar maka ada kemungkinan Pura Luhur Besi kalung didirikan oleh Rsi Pita Maha pada masa pemerintahan Raja Ugracena yang bertahta atau memerintah pada caka 837 -864 atau sekitar 915-942 M. Mengingat prasasti Babahan I bertahun Caka 839 (917 M).
                 Selain itu menurut cerita, pura ini di kemit oleh seekor naga, hal ini disebabkan kerap kali terdengar suara naga menjelang tengah malam,tutur salah satu dari mangku di sana. Persepsi lain nama besi kalung kemungkinan berasal dari sekala (nyata) karena keberadaan pelinggih-pelinggihnya merupakan kesatuan aktualisasi kehidupan yang ditandai dengan Campuhan Tiga, Pecalang Agung, Pasar Agung, Pedukuhan, TamanSari, Ratu Nyoman Pengadangan, Dalem Khayangan, Shangyang Meling, Dalem Gumi, Muncak Sari, Beji Kauh, Batur, Puseh, Khayangan/Angluhan, Ratu Sedahan, Rambut Sedana/Manik Galih, Lumbung, Bale Sekulung, Pura Bambang, Taksu Agung, Manik Sekalan, penghayatan Wisnu, Brahma, Ratu Nyoman Tangkeb Langit, Penghayatan Surya, Merta Sari, Naga Loka, Gunung Agung, Bukit Puhun, Balai Pelapah Pemayasan dan Balai Munar Manik.
                 Berdasarkan Prasasti Babahan1 di dalam perjalanan Raja Cri Ugrasena Ke Bali utara, memberikan Anugrah atau wewenang kepada seorang Pandita yang bergelar Pita Maha berpesraman di Bhang Hyang Sidhi berlokasi di sebelah Pura Besi Kalung untuk mengatur tata cara penyelenggaranan keagamaan. Mengingat lokasinya yang berdampingan antara kedua tempat tersebut, maka ada dua kemungkinan Pura Luhur Besi Kalung telah ada sejak tahun caka 839 atau 917 masehi dan dibangun oleh seorang Rsi. Ditinjau dar istatus dan fungsi Pura Dhang Khayangan sebagai Catur Lawa dan pesanakan Pura Batukaru, selain Petali, Tambawaras dan Muncaksari. Mengingat status dan fungsi serta rangkaian upacara yang diselenggarakan, maka Pura Luhur Besi Kalung dipuja Betara Ciwa dalam Sebagaimana layaknya pura yang lain di Bali, Pura Besi Kalung dikenal angker. Barang siapa berani naik ke Pelinggih Agung atau memasuki pura dengan niat tidak baik maka celaka dan akan berdampak pada lingkungan dimana yang bersangkutan tinggaL, seperti terjadi gerubug.
                 Akan tetapi bila dilihat dari kesuwecanan Ida Betara yang melinggih di pura ini, banyak yang telah terwujud keinginannya.Banyak para politisi dan pejabat melakukan semedi untuk mendapatkan paica sertaagara keinginanya tercapai. Banyak pula masyarakat yang belum meiliki keturuann, memohon anak di pura ini, dan terbukti banyak yang permohonannya dikabulkan. Selain Pura Besi Kalung sebagai tujuan utama untuk melakukan persembahyangan dari umat Hindu kini lokasi Pura tersebut sebagai obyek pariwisata mengingat tempatnya yang sangat strategis yang dikelilingioleh pesawahan yang menghampar hijau serta tampak gunung-gunung yang berjajar serta iklim yang sejuk memberikankesegaran jasmani dan rohani.
                 Manifestasinya sebagai Dhang Hyang Guru. Adapun rangkaian upacara dilaksanakan pada SaniscaraUmanis Waturenggong (Saraswati Puja), Redite Paing Sinta (Banyu Pinaruh), Soma Rebek (Soma Pon Sinta), AnggaraWage Sinta (Sabuh Mas) serta piodalan Ida Bhatara pada Pagerwesi (Buda KliwonSinta). Esksistensi Pura Luhur Besi Kalung sebagai jajar Kemiri dan Catur Loka Pura Sad Khayangan Luhur Batukaru Pura Luhur Batukaru dalam status Sad Khayangan Jagat sebagai Linggacala Ida SangHyang Mahadewa disebut dengan Mahadewa lazimnya dalam kehidupan masyarakat pengempon disebut Batukaru. Batukaru merupakan kekuatan penangkeb yang bermakna raja para Dewa-Dewa sehingga manifestasi Ida Sang Hyang Widhi yang dipuja di Pura Batukaru oleh masyarakaat setempat disebut dengan istilah Ida Betara Panembahan Penataran Jagat Bali. Dan puncak gunung Batukaru disebutkan dengan istilah Pucak Kedaton.Pucak artinya kedudukan tertinggi, sedang Kedaton atau kedatuan artinya keratuan Raja di Raja.
                 Jadi Kedaton berarti keraton yang artinya komando tata pemerintahan niskala. Gunung Batukaru dengan puncaknya kedaton merupakan manifestasi Ida SangHyang Widhi sebagai badan eksekutif,yaitu pelindung kehidupan sarwa pranidengan menganugrahkan pengurip bumi dengan perangkat badan pembantunya disebut sebagai Jajar Kemiri. Jajar artinya jaringan Kemiri adalah tingkih (kemiri), jadi Jajar Kemiri adalah jaringan yangmembangun kekuatan kemiri dimaksud ,sehingga kuat dan tidak mudah lapuk. Pura-pura yang merupakan jajar kemiri dariPura Batukaru di sebelah kanan adalah; Pura Muncak Sari dan Pura Tambaa Waras dan di sebelah kirinya yaitu Pura Petalidan Pura Besi Kalung. Dengan demikian Pura Dhang Khayang Jagat Bali dikuatkandengan adanya Pura Jajar Kemiri yang mempunyai fungsi sebagai kekuatan Jagat Bali.

                 Pura Muncaksari merupakan pembekalan induk berupa sandang, pangan dan papan yang cukup tersedia dan tak pernah habisnya serta mampu memenuhi sepanjang kehidupan zaman dalam Catur loka Pala Batukaru sebagai Sang Hyang Sangkara. Pura Tambawaras adalah kekuatan pemberi anugrah di bidang kesehatan lahir batin serta kelestarian alam semesta, yang merupakan manifestasi Catur loka Pala Batukaru sebagai Dewa Aswina. Pura Petali merupakan kekuatan peradilan atau penasehat yang mampu mengendalikan kehidupan Buana Agung dan Buana Alit. Keadilan dan nasehat adalah tali pengendalipersatuan dan kesatuan kehidupan, dalam Catur Loka Pala Batukaru sebagai Hyang Yamadipati Pura Besikalung adalah kekuatan pemberi anugrah kebesaran dan keteguhan Bhuana Alit dan Bhuana Agung, manifestasi Catur Loka Pala Batukaru sebagai Sri Sedana.

                 Pura Luhur Batukaru dalam proses penciptaan samkhya yoga berkedudukan sebagai purusha didampingi oleh Danau Tamblingan yang berkedudukan sebagai predana ,sehingga Gunung Batukaru dengan Danau Tamblingan adalah wujud Ardanareswari pencipta Kehuripan Jagat (pengurip bumi/kehidupan di bumi). Pertemuan purusha dan predana melahirkan berbagai kehidupan sarwa pran, pura pesanakanyang berstatus Ulun Siwi terbesar pemujaan Manik Amerta adalah Pura Batulumbung. Kekuatan berupa udara adalah Batukaru, Air adalah Pura Tamblingan Panas (api) adalah Pura Bukit Puhun. Ini merupakan tiga kekuatan sumber penciptaan sarwaprani yang memenuhi jagat raya.kekuatan Pura Bukit Puhun sebagai kekuatan panas telah dibuktikan pada saat Ida Bhatara kabeh mesucian di segara Tanah Lot. Ida Bhatara Bukit Puun bertugas menyurutkan air lautsurut sehingga semua pralingga dapat masuk ke Pura Luhur Tanah Lot. Yang menjadi pertanyaan dan teka-teki masayarakat sampai sekarang adalah keberadaan pasangan lingga di pelinggih agung yakni berupa yoni
2.      Fungsi dan Status pura luhur besikalung
                 Pura atau khayangan sebagai tempat suci pemujaan yang ada di Bali secara garis besarnya dapat dapat di kelompokan berdasarkan cirri-ciri atau ke khasan dari pura tersebut serta pernyiwi Bhakti (Penyungsung) yang memuja serta memelihara Pura tersebut.
                 Berdasarkan Kekhasan serta penyiwi Bhakti (penyungsung dari suatu pura maka fungsi dan status pura dapat dikelompokan menjadi 4 (empat) kelompok sebagai berikut :
1.   Pura/kahyangan yang bersifat geneologis (kula warga) yang dibangun berdasarkan keturunan atau pertalian darah, soroh atau klan. Seperti : merajan, panti, dadia, pedharman dan sebagainya.
2.   Pura/kahyangan yang berdasarkan territorial/ desa pekraman dibangun karena ikatan territorial atau tempat tinggal (domisili) seperti Pura Desa, Pura Puseh, Pura Dalem dan sebagainya.
3.   Pura yang bersifat sosial ekonomis dan berkarakter fungsional dimana penyungsungnya mempunyai mata pencaharian (profesi) yang sama.
contoh : Pura subak, Bedugul, Ulun Empelan, Ulun Carik, Ulun Ciwi untuk masyarakat agraris petani. Pura melanting untuk masyarakat pedagang/pasar. Pura Segara untuk masyarakat nelayan dan sebagainya.
4.   Pura/kahyangan jagat yang bersifat umum dan memiliki fungsi sangat komplek (menyeluruh) untuk seluruh asfek kehidupan. Pura/kahyangan jagat dipuja oleh seluruh umat Hindu. Tanpa membedakan asal-usul keturunan/soroh, profesi mata pencaharian, maupun tempat tinggal/Desa Pekraman dan Sebagainya.
Kahyangan jagat dibagi menjadi 2 kelompok yang disebut Sad Kahyangan dan Dang Kahyangan.
Pura Sad Kahyangan di Bali berjumlah 9 buah didasarkan pada konsep Padma Bhuana atau Padma Astadala, yang masing-masing arah mata angin dikuasai oleh masing-masing arah mata angin dikuasai oleh masing-masing dewatanya, yang juga dikenal dengan sebutan “DEWA ASTADIKPALAKA” di tambah dengan Dewa yang menempati bagian tengah sebagai centrunya.
Pura-pura tersebut adalah :
ü  Pura Luhur Lempuyang di Timur untuk Iswara
ü  Pura Gua Lawah di Tenggara Untuk Maheswara
ü  Pura Andakasa di Selatan Untuk Brahma
ü  Pura Uluwatu di Barat Daya untuk Rudra
ü  Pura Luhur Batukaru di Barat untuk Mahadewa
ü  Pura Pucak Mangu di Barat Laut untuk sangkara
ü  Pura Batur Penulisan arah Utara untuk Wisnu
ü  Pura Pucak Besakih (Gunung Agung) arah Timur Laut untuk sambu
ü  Pura Penataran Agung Besakih di Tengah untuk Ciwa
Berdasarkan konsepsi tersebut di atas dan memperhatikan penyungsung Pura Luhur Besikalung yang terdiri dari berbagai kelompok masyarakat dengan profesi yang berbeda-beda dan tidak hanya disungsung oleh suatu wilayah tertentu saja, maka dapat dinyatakan bahwa Pura Luhur Besikalung berstatus sebagai “Kahyangan Jagat” dan merupakan Jajar kemiri atau Catur Loka Pala dari Pura Sad kahyangan Watukaru.
     Pura Luhur Besikalung setingkat dengan Pura Luhur Petali, Pura Luhur Tamba Waras, Pura Luhur Puncak Sari, yang merupakan Jajar Kemiri Luhur Batukaru yang disebut jajar kemiri. Jajar = jajar urat/serat. Kemiri – kemiri, tingkih (bahasa bali), jajar kemiri adalah jaringan yang membangun kekuatan kemiri dimaksud sehingga kuat  dan tidak mudah lapuk.
Pura jajar Kemiri Pura luhur Batukaru adalah :
1.      Disebelah Kanan Pura Batukaru terdiri dari :
A.    Pura Muncak Sari
B.     Pura Tamba Waras
2.      Disebalah Kiri Pura Batukaru terdiri dari :
A.    Pura Petali
B.     Pura Besikalung
3.      Struktur Pura Dan Susunan Pelinggih-Pelinggih Pura Luhur Besikalung
Struktur Pura Besukalung mempergunakan struktur Catur Loka Pala atau nyatur Desa mengikuti komposisi keempat arah mata angin yang juga terkenal dengan struktur DIKPALAKA. Tata ruang Palemahan (Mandala) Pura dibagi menjadi 3 mandala atau pelataran yaitu :
1.      Halaman Jeroan sebagai Utama Mandala
2.      Halaman Jaba tengah Madhyama mandala
3.      Halaman jaba, tandeg / jaba luar kenista mandala
Secara keseluruhan Pura Luhur Besikalung terdiri dari beberapa unit Pura yaitu :
1.      Pura Besikalung sebagai pelinggih Agengnya sebagai pusat.


2.      Pura Pengubengan (penyawangan ) berada di sebelah utara



3.      Pura Batur disebelah Utara


4.      Pura Puseh Kahyangan di bagian Utara

5.      Pura Bang-Bang dan Baturan Tibu Aus di timur laut
6.      Pura Pasiraman Pingit saren Kangin disebelah timur











7.      Pura Bale Agung, Jero Sedahan (Cri sedana manic galih ) jaba tengah
8.      Pura pasiraman beji kauh di sebelah barat
9.      Pura pucak Sari di sebelah barat
10.  Pura Sang Hyang Mahaling disebelah selatan
    

11.  Pura Dalem Kahyangan disebelah selatan
12.  Pura Ratu Nyoman Cakti disebelah selatan
13.  Pura Uluning Taman Sari disebelah selatan
14.  Pura Pasar Agung dan Dukuh sakti disebelah selatan



15.  Pura Pecalang Agung (Ratu Nyoman Pengadangan ) di selatan

16.  Pura Ratu Gede atau Pengelurah disebelah selatan
Seluruh unit-unit pura tersebut tersebar disekitar pura induk dalam radius yang tidak terlalu jauh. 



















DENAH PURA LUHUR BESI KALUNG
 

 







                                                                                                                     




SAAT OBSERVASI DI PURA LUHUR BESI KALUNG








                                                                                     

ü  Bangunan-Bangunan Yang juga Ada di Pura Luhur Besi Kalung
 Bale Kul-Kul

Bale Tempat Melinggihnya Tapakan Ida Batara
Bale Pemayasan




Pelinggih-pelinggih Penyahcah yang ada Di Pura Luhur Besi Kalung


























Existensi Kelompok